Selasa, 22 November 2011

Sejarah Death Metal Indonesia

Embrio kelahiran scene musik rock underground di Indonesia sulit dilepaskan dari evolusi rocker-rocker pionir era 70-an sebagai pendahulunya. Sebut saja misalnya God Bless, Gang Pegangsaan, Gypsy(Jakarta), Giant Step, Super Kid (Bandung), Terncem (Solo), AKA/SAS (Surabaya), Bentoel (Malang) hingga Rawe Rontek dari Banten. Mereka inilah generasi pertama rocker Indonesia. Istilah underground sendiri sebenarnya sudah digunakan Majalah Aktuil sejak awal era 70- an. Istilah tersebut digunakan majalah musik dan gaya hidup pionir asal Bandung itu untuk mengidentifikasi band-band yang memainkan musik keras dengan gaya yang lebih `liar’ dan `ekstrem’ untuk ukuran jamannya. Padahal kalau mau jujur, lagu-lagu yang dimainkan band- band tersebut di atas bukanlah lagu karya mereka sendiri, melainkan milik band-band luar negeri macam Deep Purple, Jefferson Airplane, Black Sabbath, Genesis, Led Zeppelin, Kansas, Rolling Stones hingga ELP. Tradisi yang kontraproduktif ini kemudian mencatat sejarah
namanya sempat mengharum di pentas nasional. Sebut saja misalnya El Pamas, Grass Rock (Malang), Power Metal (Surabaya), Adi Metal Rock (Solo), Val Halla (Medan) hingga Roxx (Jakarta). Selain itu Log jugalah yang membidani lahirnya label rekaman rock yang pertama di Indonesia, Logiss Records. Produk pertama label ini adalah album
ketiga God Bless, “Semut Hitam” yang dirilis tahun 1988 dan ludes hingga 400.000 kaset di seluruh Indonesia.

Menjelang akhir era 80-an, di seluruh dunia waktu itu anak-anak muda sedang mengalami demam musik thrash metal. Sebuah perkembangan style musik metal yang lebih ekstrem lagi dibandingkan heavy metal. Band- band yang menjadi gods-nya antara lain Slayer, Metallica, Exodus, Megadeth, Kreator, Sodom, Anthrax hingga Sepultura. Kebanyakan kota- kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Jogjakarta, Surabaya, Malang hingga Bali, scene undergroundnya pertama kali lahir dari genre musik ekstrem tersebut. Di Jakarta sendiri komunitas metal pertama kali tampil di depan publik pada awal tahun 1988. Komunitas anak metal (saat itu istilah underground belum populer) ini biasa hang out di Pid Pub, sebuah pub kecil di kawasan pertokoan Pondok Indah, Jakarta Selatan. Menurut Krisna J. Sadrach, frontman Sucker Head, selain nongkrong, anak-anak yang hang out di sana oleh Tante Esther, owner Pid Pub, diberi kesempatan untuk bisa manggung di sana. Setiap malam minggu biasanya selalu ada live show dari band-band baru di Pid Pub dan kebanyakan band-band tersebut mengusung musik rock atau metal.

Band-band yang sering hang out di scene Pid Pub ini antara lain Roxx (Metallica & Anthrax), Sucker Head (Kreator & Sepultura), Commotion Of Resources (Exodus), Painfull Death, Rotor (Kreator), Razzle (GN’R), Parau (DRI & MOD), Jenazah, Mortus hingga Alien Scream (Obituary). Beberapa band diatas pada perjalanan berikutnya banyak yang membelah diri menjadi band-band baru. Commotion Of Resources adalah cikal bakal band gothic metal Getah, sedangkan Parau adalah embrio band death metal lawas Alien Scream. Selain itu Oddie, vokalis Painfull Death selanjutnya membentuk grup industrial Sic Mynded di Amerika Serikat bersama Rudi Soedjarwo (sutradara Ada Apa Dengan Cinta?). Rotor sendiri dibentuk pada tahun 1992 setelah cabutnya gitaris Sucker Head, Irvan Sembiring yang merasa konsep musik Sucker Head saat itu masih kurang ekstrem baginya.

Semangat yang dibawa para pendahulu ini memang masih berkutat pola tradisi `sekolah lama’, bangga menjadi band cover version! Di antara mereka semua, hanya Roxx yang beruntung bisa rekaman untuk single pertama mereka, “Rock Bergema”. Ini terjadi karena mereka adalah salah satu finalis Festival Rock Se-Indonesia ke-V. Mendapat kontrak rekaman dari label adalah obsesi yang terlalu muluk saat itu. Jangankan rekaman, demo rekaman bisa diputar di radio saja mereka sudah bahagia. Saat itu stasiun radio yang rutin mengudarakan musik- musik rock/metal adalah Radio Bahama, Radio Metro Jaya dan Radio SK. Dari beberapa radio tersebut mungkin yang paling legendaris adalah Radio Mustang. Mereka punya program bernama Rock N’ Rhythm yang
mengudara setiap Rabu malam dari pukul 19.00 – 21.00 WIB. Stasiun radio ini bahkan sempat disatroni langsung oleh dedengkot thrash metal Brasil, Sepultura, kala mereka datang ke Jakarta bulan Juni 1992. Selain medium radio, media massa yang kerap mengulas berita- berita rock/metal pada waktu itu hanya Majalah HAI, Tabloid Citra Musik dan Majalah Vista.

Selain hang out di Pid Pub tiap akhir pekan, anak-anak metal ini sehari-harinya nongkrong di pelataran Apotik Retna yang terletak di daerah Cilandak, Jakarta Selatan. Beberapa selebritis muda yang dulu sempat nongkrong bareng (groupies?) anak-anak metal ini antara lain Ayu Azhari, Cornelia Agatha, Sophia Latjuba, Karina Suwandi hingga Krisdayanti. Aktris Ayu Azhari sendiri bahkan sempat dipersunting sebagai istri oleh (alm) Jodhie Gondokusumo yang merupakan vokalis Getah dan juga
mantan vokalis Rotor.

Tak seberapa jauh dari Apotik Retna, lokasi lain yang sering dijadikan lokasi rehearsal adalah Studio One Feel yang merupakan studio latihan paling legendaris dan bisa dibilang hampir semua band- band rock/metal lawas ibukota pernah rutin berlatih di sini. Selain Pid Pub, venue alternatif tempat band-band rock underground
manggung pada masa itu adalah Black Hole dan restoran Manari Open Air di Museum Satria Mandala (cikal bakal Poster Café). Diluar itu, pentas seni MA dan acara musik kampus sering kali pula di “infiltrasi” oleh band-band metal tersebut. Beberapa pensi yang historikal di antaranya adalah Pamsos (SMA 6 Bulungan), PL Fair (SMA
Pangudi Luhur), Kresikars (SMA 82), acara musik kampus Universitas
Nasional (Pejaten), Universitas Gunadarma, Universitas Indonesia (Depok), Unika Atmajaya Jakarta, Institut Teknologi Indonesia (Serpong) hingga Universitas Jayabaya (Pulomas).

Berkonsernya dua supergrup metal internasional di Indonesia, Sepultura (1992) dan Metallica (1993) memberi kontribusi cukup besar bagi perkembangan band-band metal sejenis di Indonesia. Tak berapa lama setelah Sepultura sukses “membakar” Jakarta dan Surabaya, band speed metal Roxx merilis album debut self-titled mereka di bawah
label Blackboard. Album kaset ini kelak menjadi salah satu album speed metal klasik Indonesia era 90-an. Hal yang sama dialami pula oleh Rotor. Sukses membuka konser fenomenal Metallica selama dua hari berturut-turut di Stadion Lebak Bulus, Rotor lantas merilis album thrash metal major labelnya yang pertama di Indonesia, Behind The 8th Ball (AIRO). Bermodalkan rekomendasi dari manajer tur Metallica dan honor 30 juta rupiah hasil dua kali membuka konser Metallica, para personel Rotor (minus drummer Bakkar Bufthaim) lantas eksodus ke negeri Paman Sam untuk mengadu nasib. Sucker Head sendiri tercatat paling telat dalam merilis album debut dibanding band
seangkatan mereka lainnya. Setelah dikontrak major label lokal, Aquarius
Musikindo, baru di awal 1995 mereka merilis album `The Head Sucker’. Hingga kini Sucker Head tercatat sudah merilis empat buah album.

Dari sedemikian panjangnya perjalanan rock underground di tanah air, mungkin baru di paruh pertama dekade 90-anlah mulai banyak terbentuk scene-scene underground dalam arti sebenarnya di Indonesia. Di Jakarta sendiri konsolidasi scene metal secara masif berpusat di Blok M sekitar awal 1995. Kala itu sebagian anak-anak metal sering
terlihat nongkrong di lantai 6 game center Blok M Plaza dan di sebuah resto waralaba terkenal di sana. Aktifitas mereka selain hang out adalah bertukar informasi tentang band-band lokal daninternasional, barter CD, jual-beli t-shirt metal hingga merencanakan pengorganisiran konser. Sebagian lagi yang lainnya memilih hang out di basement Blok Mall yang kebetulan letaknya berada di bawah tanah.

Pada era ini hype musik metal yang masif digandrungi adalah subgenre yang makin ekstrem yaitu death metal, brutal death metal, grindcore, black metal hingga gothic/doom metal. Beberapa band yang makin mengkilap namanya di era ini adalah Grausig, Trauma, Aaarghhh, Tengkorak, Delirium Tremens, Corporation of Bleeding, Adaptor, Betrayer, Sadistis, Godzilla dan sebagainya. Band grindcore Tengkorak pada tahun 1996 malah tercatat sebagai band yang pertama kali merilis mini album secara independen di Jakarta dengan judul `It’s A Proud To Vomit Him’. Album ini direkam secara profesional di Studio Triple M, Jakarta dengan sound engineer Harry Widodo (sebelumnya pernah menangani album Roxx, Rotor, Koil, Puppen dan PAS).

Tahun 1996 juga sempat mencatat kelahiran fanzine musik underground pertama di Jakarta, Brainwashed zine. Edisi pertama Brainwashed terbit 24 halaman dengan menampilkan cover Grausig dan profil band Trauma, Betrayer serta Delirium Tremens. Di ketik di komputer berbasis system operasi Windows 3.1 dan lay-out cut n’ paste tradisional, Brainwashed kemudian diperbanyak 100 eksemplar dengan mesin foto kopi milik saudara penulis sendiri. Di edisi-edisi berikutnya Brainwashed mengulas pula band-band hardcore, punk bahkan ska. Setelah terbit fotokopian hingga empat edisi, di tahun 1997 Brainwashed sempat dicetak ala majalah profesional dengan cover
penuh warna. Hingga tahun 1999 Brainwashed hanya kuat terbit hingga tujuh edisi, sebelum akhirnya di tahun 2000 penulis menggagas format e-zine di internet www.bisik.com). Media-media serupa yang selanjutnya lebih konsisten terbit di Jakarta antara lain Morbid Noise zine, Gerilya zine, Rottrevore zine, Cosmic zine dan
sebagainya.

29 September 1996 menandakan dimulainya sebuah era baru bagi perkembangan rock underground di Jakarta. Tepat pada hari itulah digelar acara musik indie untuk pertama kalinya di Poster Café. Acara bernama “Underground Session” ini digelar tiap dua minggu sekali pada malam hari kerja. Café legendaris yang dimiliki rocker gaek
Ahmad Albar ini banyak melahirkan dan membesarkan scene musik indie baru yang memainkan genre musik berbeda dan lebih variatif. Lahirnya scene Brit/indie pop, ledakan musik ska yang fenomenal era 1997 – 2000 sampai tawuran massal bersejarah antara sebagian kecil massa Jakarta dengan Bandung terjadi juga di tempat ini. Getah,
Brain The Machine, Stepforward, Dead Pits, Bloody Gore, Straight Answer, Frontside, RU Sucks, Fudge, Jun Fan Gung Foo, Be Quiet, Bandempo, Kindergarten, RGB, Burning Inside, Sixtols, Looserz, HIV, Planet Bumi, Rumahsakit, Fable, Jepit Rambut, Naif, Toilet Sounds, Agus Sasongko & FSOP adalah sebagian kecil band-band yang `kenyang’ manggung di sana.

10 Maret 1999 adalah hari kematian scene Poster Café untuk selama- lamanya. Pada hari itu untuk terakhir kalinya diadakan acara musik di sana (Subnormal Revolution) yang berujung kerusuhan besar antara massa punk dengan warga sekitar hingga berdampak hancurnya beberapa mobil dan unjuk giginya aparat kepolisian dalam membubarkan massa. Bubarnya Poster Café diluar dugaan malah banyak melahirkan venue- venue alternatif bagi masing-masing scene musik indie. Café Kupu- Kupu di Bulungan sering digunakan scene musik ska, Pondok Indah Waterpark, GM 2000 café dan Café Gueni di Cikini untuk scene Brit/indie pop, Parkit De Javu Club di Menteng untuk gigs punk/hardcore dan juga indie pop. Belakangan BB’s Bar yang super- sempit di Menteng sering disewa untuk acara garage rock-new wave-mellow punk juga rock yang kini sedang hot, seperti The Upstairs, Seringai, The Brandals, C’mon Lennon, Killed By Butterfly, Sajama Cut,
Devotion dan banyak lagi. Di antara semuanya, mungkin yang paling `netral’ dan digunakan lintas-scene cuma Nirvana Café yangterletak di basement Hotel Maharadja, Jakarta Selatan. Di tempat ini pulalah, 13 Januari 2002 silam, Puppen `menghabisi riwayat’ mereka dalam sebuah konser bersejarah yang berjudul, “Puppen : Last Show Ever”, sebuah rentetan show akhir band Bandung ini sebelum membubarkan diri.

Scene Punk/Hardcore/Brit/Indie Pop

Invasi musik grunge/alternative dan dirilisnya album Kiss This dari Sex Pistols pada tahun 1992 ternyata cukup menjadi trigger yang ampuh dalam melahirkan band-band baru yang tidak memainkan musik metal. Misalnya saja band Pestol Aer dari komunitas Young Offender yang diawal kiprahnya sering meng-cover lagu-lagu Sex Pistols lengkap dengan dress-up punk dan haircut mohawknya. Uniknya, pada perjalanan selanjutnya, sekitar tahun 1994, Pestol Aer kemudian mengubah arah musik mereka menjadi band yang mengusung genre british/indie pop ala The Stone Roses. Konon, peristiwa historik ini
kemudian menjadi momen yang cukup signifikan bagi perkembangan scene british/indie pop di Jakarta. Sebelum bubar, di pertengahan 1997 mereka sempat merilis album debut bertitel `…Jang Doeloe’. Generasi awal dari scene brit pop ini antara lain adalah band Rumahsakit, Wondergel, Planet Bumi, Orange, Jellyfish, Jepit Rambut, Room-V,
Parklife hingga Death Goes To The Disco.

Pestol Aer memang bukan band punk pertama, ibukota ini di tahun 1989 sempat melahirkan band punk/hardcore pionir Antiseptic yang kerap memainkan nomor-nomor milik Black Flag, The Misfits, DRI sampai Sex Pistols. Lukman (Waiting Room/The Superglad) dan Robin (Sucker Head/Noxa) adalah alumnus band ini juga. Selain sering manggung di Jakarta, Antiseptic juga sempat manggung di rockfest legendaris Bandung, Hullabaloo II pada akhir 1994. Album debut Antiseptic sendiri yang bertitel `Finally’ baru rilis delapan tahun kemudian (1997) secara D.I.Y. Ada juga band alternatif seperti Ocean yang memainkan musik ala Jane’s Addiction dan lainnya, sayangnya mereka tidak sempat merilis rekaman.
Selain itu, di awal 1990, Jakarta juga mencetak band punk rock The Idiots yang awalnya sering manggung meng-cover lagu-lagu The Exploited. Nggak jauh berbeda dengan Antiseptic, baru sembilan tahun kemudian The Idiots merilis album debut mereka yang bertitel `Living Comfort In Anarchy’ via label indie Movement Records. Komunitas-
komunitas punk/hardcore juga menjamur di Jakarta pada era 90-an tersebut. Selain komunitas Young Offender tadi, ada pula komunitas South Sex (SS) di kawasan Radio Dalam, Subnormal di Kelapa Gading, Semi-People di Duren Sawit, Brotherhood di Slipi, Locos di Blok M hingga SID Gank di Rawamangun.
Sementara rilisan klasik dari scene punk/hardcore Jakarta adalah album kompilasi Walk Together, Rock Together (Locos Enterprise) yang rilis awal 1997 dan memuat singel antara lain dari band Youth Against Fascism, Anti Septic, Straight Answer, Dirty Edge dan sebagainya. Album kompilasi punk/hardcore klasik lainnya adalah Still One, Still Proud (Movement Records) yang berisikan singel dari Sexy Pig, The Idiots, Cryptical Death hingga Out Of Control.
NB : akankah musik metal ,undergound  mengalami kemerdekaannya di indonesia
dan duduk sejajar dengan  jenis music lainnya hehehe dari segi komersial hehehe

Selasa, 01 November 2011

Jasa - Kujang Rompang

 Kujang Rompang
JASAD


Manjing kana waktuna
Ninggang kana mangsana
Muru maluru beh ditu
Nungtik nyungsi nu kamari
Hudang pikeun tandang   nu kiwari
Ngundeur meureun  ngala sugan
.. ..
Hana nguni hana mangke
Tan hana nguni tan hana mangke *
Aya baheula, aya ayeuna
Moal aya ayeuna mun euweuh baheula
.. ..
Aya indung, aya bapa
Indung nu ngandung bapa nu ngayuga
Aya indung, aya surga
Aya bapa aya dunya

Du’a indung jadi jimat
Jampe bapa jadi ubar
Pikeun lengkah
Pikeun tandang
Ngadekeun ajen Kisunda

Laku lampah nu utama
Nyebarkeun asih kasasama
Tingkah polah sing merenah
Sangkan panggih
kamulyaan
Kajembaran
Kawaluyaan
Karahayuan

Congkrang kujang ngajirim nonoman
Nu gede wawanena

Panceg dina galur
Salawasna akur jeung dulur
Panceg dina galur
Babarengan  ngajaga lembur
Panceg dina galur
Moal ingkah najan awak lebur

Panceg dina galur
Salawasna akur jeung dulur.
Panceg dina galur
Babarengan  ngajaga lembur
Panceg dina galur
Moal ingkah najan awak lebur

Munut ridho Gusti
Ngalap berkah Gusti
nu Maha suci

Munut ridho Gusti
Ngalap berkah Gusti
Sang Hyang widhi

Bral geura miang
Tandang makalangan
Nanjeurkeun kabeneran
Ngawangikeun bumi Pasundan

Sok geura hudang
Tandang makalangan
Sanghareupan musuh
Najan palastra nepikabinasa


Sakabeh nu gumelar didunya
Bakal panggih jeung ajalna
Ngan nu mangpaat pikeun sasama
Anu bakal abadi
Ngarana ditulis dina prasasti kahirupan
Laku lampahna turuteun pikeun anak incu

Kujang nu nyurup kana raga
Anu nyieup kana wanda
Ngajirim jadi nonoman sunda
Sinatria ti tanah pasundan

Nanjeurkeun bebeneran jeung kaadilan
Teu keuna ku owah gingsir
Teu kasilih ku junti
Ganjaran nu belapati, satria santosa iman,
Sinatria pilih tanding Lalaki lalanang Jagat


*Naskah Amanat Galunggung, Rakeyan Darmasiksa, Raja Sunda ( 1175 M -1297 M )



Sabtu, 08 Oktober 2011

Bedog Cepot

Genre death Metal Members Ari - Vocal, Onye - Guitar, Oyan - Bass, Iyeng - Drums Hometown Bandung Record label Extend records Biography Terbentuk pada tahun 2009 Current Location Bandung General manager ari Booking agent Extend records Artists we also like Jasad, Bleding corps, Undergod, Band interests Panceg dina galur.
Website : http://www.myspace.com/bedogcepot http://www.facebook.com/pages/bedog-cepot/410436410300?sk=wall
http://www.facebook.com/profile.php?id=100001220250418
DOWNLOAD MP3 BEDOG CEPOT KONDOM BOCOR   -->
http://www.4shared.com/audio/0CBHOILK/BedogCepot-Kondombocor.html
http://www.4shared.com/get/_qCTEgYI/BEDOG_CEPOT-KOBOY_DENX_DEK.html
http://www.4shared.com/audio/gz42956z/BedogCepot-Trick.htm AWAS...

Jumat, 07 Oktober 2011

Outright

Band: Outright
Album: Hardcore Strikes Back
Release year:
2008

Genre:
Hardcore, Break Down / Super Groove


Tracklist:
01. Super Groove Power Chords
02. Never Give Up
03. My True
04. To The Straight
05. Hardcore Strikes Back
06. Refuse
07. Desperate (Feat. Bucex The Cruel)
08. Revolt
09. Solution
10. Stronger
11. Fuckin Liar
12. To The Straight (Remix)

Sabtu, 01 Oktober 2011

Dead Squad

Sebuah kematangan dalam bermusik dan konsep, mengawinkan banyak unsur musik yang di lebur dalam kebrutalan death metal.
Itulah satu paket kalimat yang dapat menggambarkan bagaimana band asal Jakarta kelahiran tahun 2006 ini begitu dahsyat.

Daniel [Vocals], Stevie Item [Guitars], Coki Bollemeyer [Guitars], Bonsquad [Bass], dan Andyan Gorust [Drums]. Kelima nama yang seketika memberikan pengertian bahwa “pantas saja band ini begitu hebat”. Mulai dari Daniel yang masih aktif bersama Abolish Conception, Steve Item yang pernah menukangi Step Forward dan bahkan masih aktif di Andra & The Backbones, Coki yang tentu saja masih membara di Netral, Bons yang pernah mengisi Tengkorak dan Andyan Gorust yang merupakan mantan drummer Siksa Kubur.

Kemudian alangkah mempesonanya ketika kita membahas teknis bermain disetiap masing-masing personel. Mempesona ketika mereka mempermainkan instrumen musik mereka masing-masing. Dan di dalam tubuh band ini, tercatat 2 personelnya telah digaet endorsement oleh dua merk instrumen musik yang ternama. Choki bersama IBANEZ dan Andyan bersama TAMA.
Dua punggawa Dead Squad ini benar-benar memberikan ruang yang luas untuk bernapas dalam kubur. Yang berarti, musik death metal yang tersaji tidak berlangsung begitu statis. Dinamis dengan strumming gitar Choki yang komposif dan pola tabuhan Andyan yang begitu konseptual. Sehingga memungkinkan personel yang lain untuk turut berimprovisasi. Dan vokalitas yang tersaji, geraman ala death di padukan secara sahut menyahut bersama jenis karakter vokal yang lainnya seperti teriakan parau dan teriakan basah.






Maka dapat diformulasikan kembali, bahwa Dead Squad adalah sebuah ramuan dari bahan-bahan terbaik. Setiap lini mempunyai akuisisi sendiri-sendiri. Dalam hal ini bahwa otoritas itu terjamin berdasarkan kualitas. Kemudian dinamikanya tidak berhenti sampai itu saja. Bahwa setiap player mempunyai karakternya masing-masing. Dan dengan track record masing-masing dari mereka sebagai musisi yang ternama, maka akan menjadi sesuatu yang sangat menarik untuk dimengerti, musik apa sebenarnya yang tersaji.

Dalam berbagai kesempatan Dead Squad mengenalkan diri sebagai band yang beraliran death metal. Lalu mengingat formasi yang ada tersebut, muncul pertanyaan; “death metal yang seperti apa?” kemudian.
Dan benar saja, pertanyaan yang bernada sinis itu dilontarkan. Karena tersaji dalam lagu-lagu mereka seperti “Manufaktur Replika Baptis”, “Dominasi Belati” dan “Pasukan Mati”, death metal yang mereka anut terdengar begitu istimewa dan tidak biasa. Sebuah komposisi yang dinamis dengan menonjolnya irama-irama di setiap lini. Eksplorasi terjadi di setiap elemen intrumental, sangat variatif dan begitu ritmis. Hal tersebut membuktikan bahwa selain handal dalam teknis musikal mereka juga dewasa dalam hal kolektivitas sebuah band.

Dan pada tahun 2009, album perdana mereka yang berjudul “Horror Vision” telah rilis bersama tangan dingin Rottrevore Record.
Sebuah paket album yang berisikan 8 materi lagu yang terdengar begitu istimewa. Dengan album tersebut maka muncullah predikat technical death metal pada band ini. Begitu sangat dinanti kemudian kehadiran Dead Squad di setiap kesempatan.
Dan Hanggar Teras, Pancoran, Jakarta Selatan,  tanggal 2 Oktober 2011 dalam acara ROTTREVORE DEATH FEST akan menjadi sebuah ajang penuntasan akan penantian tersebut.

contact :
Andri |  +62 816 797 043
DEADSQUAD Management
Jl. Raya Pasar Minggu No.29
Pancoran Perdatam Jakarta Selatan 12780
www.deadsquad.net
email : pasukanmati@gmail.com

Selasa, 27 September 2011

Jasad

 Band ini berasal dari kota kembang alias Bandung. Tapi namanya dikenal diseluruh otak para Metalhead sejati se tanah air. sungguh mengagumkan. Musik yang kerap saya dengarkan adalah yang berjudul Kujang Rompang. Liriknya memakai bahasa sunda (mungkin untuk mempertahankan dan menunjukkan budaya mereka...)Langsung saja memperkenalkan formasi mereka :

Man - Vocals
Yuli - Bass
Papap - Drums
Ferly - Guitars






Minggu, 25 September 2011


Cannibal Corpse and the Evisceration Plague -- that just screams "METAL!!!"
Or, rather, gutturally grunts "METAL!!!"
Either way, the tour comes through Lawrence and hits the Granada on May 2. Also on the bill are Norweigian black metal act 1349, Ohio's Skeletonwitch, and South Carolina's Lecherous Nocturne. People are already hyped about this on Blabbermouth, so expect tickets to disappear.




Jumping Jesus on a pogo stick! It appears that Cannibal Corpse are working on new songs for their next album, according to the band’s bassist, Alex Webster, who spoke to some site called RockSins.com which I’d never heard of before.
In the interview, Alex said that Cannibal “have no plans to tour in 2011. We are currently home in the Tampa Bay Area writing our next album; we’ll record it in September, so that will leave us with an early 2012 release.” After that, Webster says the band will most likely tour.
I know a lot of people think Cannibal Corpse have softened with age, and I hear people say things like, “Cannibal has released the same record for ten years now.” I disagree. I think without Cannibal, so many of these shitty bands currently dominating “the scene” would never have existed and when it comes to gore-infested death metal, Corpse has essentially written the fucking book.

But Webster admits that Cannibal Corpse are maturing with age, and even commented that the less graphic nature of recent album covers has happened naturally, and “helps to ensure [the albums] will be available in record stores.” After all, Cannibal has to make a living, and while they are motivated by that, too, it’s “our love of death metal” that “is still the strongest driving force,” he says. “We really feel that we have yet to make our best album, and we won’t be satisfied until we have made something that we can consider our masterwork. We may never get there, but we’ll keep trying.”